Sumber penghasil serat alam yang berasal dari tanaman atau tumbuhan sangat banyak jenisnya seperti rami, jerami, kayu, sekam padi, jelai, gandum, gandum hitam, rumput, alang-alang, kenaf, tandan kosong kelapa sawit, sisal, coir, eceng gondok, kapuk, kertas murbei, raphia, serat pisang, serat daun nanas dan papirus.

Di antara banyak serat alam tersebut, serat bambu adalah salah satu yang paling menjanjikan, karena disamping kekuatan dan kekakuan dengan densitas rendah, ekonomis, siklus pertumbuhan pendek, dan ketersediaan tinggi.

Serat bambu ini berpotensi sebagai alternatif atau pengganti serat sintetis karena sifat mekaniknya yang unggul (kekuatan tarik serat mencapai 710 MPa), harga yang kompetitif, ramah lingkungan, ketersediaan yang melimpah di Indonesia (120 spesies), hingga masa panen yang singkat (4 – 5) tahun dan densitas yang rendah (0,8 g/cm3 ).

Hal itu dipaparkan oleh Martijanti dalam sidang terbuka promosi Program Studi Doktor Ilmu Bahan-Bahan FMIPA UI yang digelar pada hari Kamis (7/4/2022) di Aula Gedung Laboratorium Riset Multidisiplin FMIPA UI, Depok.

Keunggulan serat bambu itu menjadi latar belakang penelitiannya untuk dikembangkan menjadi material berbasis serat alam sebagai subtitusi material serat sintetis.

Hasil penelitiannya itu ia tuangkan dalam desertasinya yang berjudul “Studi Parameter Proses Fabrikasi dan Karakteristik Sifat Mekanik Komposit Polimer Berpenguat Serat Bambu untuk Prototipe Accessories Otomotif”.

Dalam ringkasan disertasinya ia menjelaskan penelitian yang dilakukannya adalah dengan mengembangkan dan mengoptimasi parameter proses alkalisasi dan karakterisasi serat dan fabrikasi komposit serat bambu dengan matriks polimer untuk aplikasi accessories otomotif.

“Penelitian ini dikelompokan menjadi 3 tahapan dengan metoda eksperimen, yaitu tahap pertama melakukan proses alkalisasi dengan menvariasikan parameter konsentrasi, suhu, waktu dan jenis bambu. Tahap kedua adalah memproduksi serat bambu dari dua jenis bambu terpilih, sebagai bahan baku untuk fabrikasi komposit. Tahapan penelitian ketiga adalah melakukan fabrikasi komposit dan karakterisasi produk dari accessories otomotif, kemudian dibandingkan dengan standar SNI 03 – 2105 – 2006 dan produk accessories otomotif yang ada di pasaran”. Papar Martijanti menerangkan metode penelitiannya di hadapan ketua sidang dan tim penguji.

Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa hasil penelitiannya ini dapat menjadi rekomendasi material komposit polimer (polipropilena) berpenguat partikel bambu sebagai alternatif atau pengganti material komposit berpenguat serat sintesis (serat glass) atau bahan polimer murni yang dapat diaplikasikan pada papan partikel seperti papan panel atau produk asesoris otomotif yaitu cover engine motor.

Penelitian yang dilakukannya itu telah berhasil memenuhi kualifikasi dari standar papan partikel (SNI 03 – 2105 – 2006) serta memenuhi kualifikasi produk cover engine yang ada di pasaran dan terbuat dari polipropilena murni.

Tingkat kesiapterapan teknologi (TKT) hasil penelitian merupakan penilaian yang menggambarkan kesiapan teknologi melalui skala 1 sampai 9, satu tingkat dengan tingkatan lainnya saling terkait dan menjadi dasar bagi tingkatan selanjutnya.

Peraturan TKT hasil penelitian dikeluarkan oleh Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi yaitu Peraturan Menristekdikti Nomor 42 tahun 2016.  Hasil kegiatan penelitian ini jika dilakukan pengukuran TKT, berdasarkan skala 1 sampai 9 dapat masuk ke TKT 6, yaitu , yaitu : model atau purwarupa telah diuji dalam lingkungan yang relevan.

Hasil penelitian ini kemudian dilanjutkan untuk mencapai TKT 8 serta dilakukan untuk produksi secara massal bekerjasama dengan pihak industri.  Bahkan produk penelitian ini juga telah berhasil melakukan substitusi  komposisi bahan baku cover engine yang terbuat dari 100% polipropilena murni menjadi 30% partikel bambu dan 70% polipropilena, dengan harga yang kompetitif. Kelebihan dari produk yang terbuat dari komposit polipropilena-partikel bambu menghasilkan produk dengan berbahan baku material yang lebih ramah lingkungan dan kekuatannya lebih tinggi.

Selama menjalankan penelitiannya, ibu dari tiga anak ini mendapat dukungan dari pihak industri yang sekaligus merupakan kolaboratornya dalam bentuk inkind yaitu izin penggunaan peralatan selama proses penelitian. Adapun indutri tersebut adalah PT Artic Zeca Raya Tagerang, PT Beton Perkasa Wijaya Tagerang, PT Mega Komposit Indonesia Cikande Serang Banten, dan Cahaya Plastindo Cengkareng Jakarta Barat. Karenanya ia sangat bersyukur dan mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak pendukung tersebut.

Atas prestasinya, Martijanti meraih gelar Doktor dengan predikat Sangat Memuaskan dibawah bimbingan Dra. Ariadne L. Juwono, M.Eng., Ph.D. sebagai promotor dan Dr.Ir. Sutarno, MT. selaku Ko-Promotor. Dosen Universitas Jenderal Achmad Yani itu berhasil menyelesaikan studi Doktornya selama 5 tahun.