Guru Besar FMIPA UI Ungkap Rahasia Alam Mikroorganisme Melalui Ilmu Biosistematika

Prof. Dra. Wellyzar Sjamsuridzal, M.Sc., Ph.D. secara resmi telah dikukuhkan sebagai guru besar tetap Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Indonesia (UI), dalam bidang ilmu Sistematika dan Prospeksi Mikroorganisme, oleh Rektor UI Prof. Ari Kuncoro, S.E., M.A., Ph.D., pada Rabu (13/11) di Balai Sidang Kampus UI Depok.

Dalam pengukuhannya, Prof. Wellyzar memberikan pidato berjudul “Mengungkap Rahasia Alam Mikroorganisme Melalui Ilmu Biosistematika”. Melalui pidatonya itu, ia menjelaskan bahwa mikroorganisme merupakan organisme berukuran sangat kecil, berkisar antara 0,1 hingga 10 mikrometer, yang hanya dapat terlihat dengan mikroskop. Mikroorganisme memiliki keberagaman dalam bentuk, ukuran, struktur, dan cara reproduksi, serta memainkan peran penting dalam ekosistem dan kehidupan manusia sehari-hari.

Pada permukaan bumi yang terdiri atas 29,2% daratan dan 70,8% air, tidak banyak orang mengetahui bahwa 90% biomassa di lingkungan perairan adalah mikroorganisme. Hampir seluruh proses respirasi (98%) di lautan dilakukan oleh mikroorganisme. Mikroorganisme seperti bakteri dan arkea memainkan peran kunci dalam respirasi laut, terutama dalam dekomposisi bahan organik.

Meskipun begitu, saat ini baru sekitar 1% dari perkiraan jumlah spesies mikroorganisme di bumi yang berhasil diungkap, padahal mikroorganisme merupakan komponen biodiversitas terbesar di bumi. Itu sebabnya, pengungkapan keanekaragaman mikroorganisme dan perannya di lingkungan, serta potensi aplikasinya dalam bidang bioteknologi sangat penting dilakukan.

Dalam mengungkap hal tersebut, diperlukan ilmu biosistematika mikroorganisme yang mempelajari identifikasi, klasifikasi, dan pemahaman hubungan evolusi antar berbagai jenis mikroorganisme, termasuk bakteri, archaea, fungi, alga, dan virus. Ilmu ini mengintegrasikan pendekatan morfologi, fisiologi, genetik, dan biokimia dalam menyusun dan mendokumentasikan keanekaragaman mikroorganisme di alam.

“Integrasi ilmu biosistematika dengan pendekatan genomik saat ini tidak hanya memperdalam pemahaman kita tentang mikroorganisme dan perannya di dalam ekosistem, tetapi juga membuka peluang baru untuk inovasi di berbagai bidang, termasuk kesehatan, pertanian, pangan, lingkungan, dan bioteknologi. Penelitian yang dihasilkan dapat mempercepat penemuan solusi untuk tantangan bangsa dan global yang dihadapi saat ini,” ujar Prof. Wellyzar.

Pada kesempatan tersebut, Prof. Wellyzar memaparkan hasil penelitiannya dalam menerapkan ilmu biosistematika untuk menguak misteri mikroorganisme di Indonesia. Ia dan tim telah membuktikan bahwa hutan di kawasan geotermal Cisolok merupakan habitat strategis untuk menemukan beragam taksa baru mikroorganisme. Kawasan tersebut merupakan biodiversity hotspot kelompok bakteri rare-Actinobacteria dan phylum Chloroflexota. Eksplorasi bakteri termofilik di geyser dan hot springs di Indonesia telah dilaporkan sejak tahun 1991.

Riset terkait eksplorasi dan aplikasi bakteri termofilik saat ini terus meningkat. Pemantauan jangka panjang dan konservasi ekosistem alami hot springs menjadi penting dan memerlukan perhatian dalam aspek aplikasi komersial. Walaupun beberapa penelitian didasarkan pada aplikasi industri, akan tetapi masih sedikit sekali bukti sampai pada skala komersial. “Oleh karena itu, penting bagi para stakeholders untuk menjembatani kekurangan dalam proses hilirisasi produk riset agar berhasil sampai ke masyarakat yang membutuhkan,” kata Prof. Wellyzar.

Ia menambahkan, perlu dibangun database yang khusus untuk big data genom mikroorganisme tropis Indonesia dan informasi terkait Biosynthetic gene clusters (BGCs)-nya. Data ini berkontribusi dalam meningkatkan pemahaman tentang keanekaragaman dan evolusi mikroorganisme tropis di Indonesia, serta perannya di lingkungan.

Selain itu, ia juga menyampaikan, keberadaan koleksi biakan mikroorganisme (culture collection) di Indonesia perlu ditingkatkan perannya dalam melestarikan, menyediakan, dan mempromosikan pemanfaatan sumber daya genetik mikroorganisme yang menarik secara ilmiah dan berguna dalam industri di Indonesia maupun global. Keanggotaan di regional dan global memberikan culture collection pengakuan dan visibilitas di dalam komunitas ilmiah internasional.

“Pengakuan ini dapat meningkatkan reputasi dan kredibilitas culture collection, menarik kolaborasi, kemitraan, dan peluang pendanaan dari organisasi nasional dan internasional. Upaya kolaboratif ini akan membawa kemajuan signifikan di berbagai bidang seperti kedokteran, pertanian, dan bioteknologi di Indonesia,” ujar Prof. Wellyzar.

Sampai dengan saat ini, Prof. Wellyzar aktif melakukan berbagai penelitian dan diterbitkan di berbagai jurnal nasional maupun internasional. Beberapa di antaranya Spesies Apakah Itu? Menjawab Pertanyaan Pertama dari Penggemar Alam Sejati (2024); Dictyobacter halimunensis sp. nov., a new member of the phylum Chloroflexota, from forest soil in a geothermal area (2024); Identification and screening of enzymatic abilities of Ktedonobacteria from forest soil of Cisolok Geothermal Area, Indonesia (2022); dan The effect of the use of commercial tempeh starter on the diversity of Rhizopus tempeh in Indonesia (2021).

Prof. Wellyzar telah menamatkan Sarjana Biologi FMIPA UI pada 1991. Kemudian, pada 1998, ia menyelesaikan program magister di Department of Biotechnology, Graduate School of Agricultural and Life Sciences, Tokyo University, Tokyo, Jepang. Masih di kampus yang sama, ia berhasil meraih gelar Doctor of Philosophy (Ph.D) pada 2001.

Dalam prosesi pengukuhannya tersebut, turut hadir Direktur Jenderal Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan KLHK Dr. Rasio Ridho Sani; Guru Besar Departemen Mikrobiologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof. Ir. Donny Widiyanto, Ph.D.; Guru Besar Departemen Parasitologi, Fakultas Kedokteran, UKI Jakarta Prof. dr. Retno Wahyuningsih, MS, Ph.D.; Deputi Pemanfaatan Riset dan Inovasi BRIN Dr. R. Hendrian, M.Sc.; Director PT. Cheil Jedang Indonesia Onasis Wahju; President Director PT. Kievit Indonesia H. Drs. Aryono Bambang Ardhyo, MM.; Direktur PT Embrio Biotekindo; Co-founder Indonesian Tempe Movement Dr. Ir. Wida Winarno, M.Si.; dan Guru Besar Emeritus FMIPA UI Prof. Dr. Indrawati Gandjar.

Share this:

Facebook
X
LinkedIn
WhatsApp
Email
Tumblr
Telegram
Print

Other News