|
Kebutuhan inovasi teknologi tidak dapat lepas dari ketersediaan energi terutama listrik. Energi menjadi kebutuhan nasional yang akan terus meningkat baik dari segi permintaan maupun pemenuhan kebutuhan dasar, namun ketersediaannya berbanding terbalik dengan peningkatan jumlah penduduk.
Indonesia diproyeksikan tidak akan dapat bertahan jika hanya mengandalkan sumber energi fosil yang selama ini menjadi tumpuan. Sehingga, diperlukan energi alternatif yang siap untuk memenuhi beban kelistrikan nasional dan sustain disaat yang bersamaan. Nuklir, menjadi salah satu alternatif sumber energi yang memiliki potensi mengatasi kebutuhan tersebut.
Namun disisi lain, nuklir masih menyimpan efek traumatis dikalangan masyarakat dan mengakibatkan tingkat resistensi yang kental. Kejadian nuklir yang pernah terjadi di negara lain menjadi salah satu pertimbangan masyarakat (dan pemerintah) akan kesiapan Indonesia mengembangkan tenaga inti ini.
Walaupun telah lebih dari 60 tahun mengelola pemanfaatan teknologi dan reaktor riset nuklir, upaya untuk meyakinkan masyarakat, pengambil kebijakan dan pemegang kepentingan perlu untuk terus dilakukan dan dioptimalkan. Salah satunya dengan terus melakukan introduksi dan penyebarluasan informasi agar publik memahami urgensi dan manfaat-resiko dari teknologi nuklir.
Berlatar belakang hal tersebut, FMIPA UI, dan ILUNI FMIPA UI bekerjasama dengan BATAN menyelenggarakan Seminar Sehari bertema “PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR, SEBUAH KENISCAYAAN”, pada hari Rabu (13/11/2019) di Aula Sinarmas Gedung Laboratorium Riset Multidisiplin FMIPA UI, Kampus UI, Depok, dengan menghadirkan Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Prof. Bambang PS Brodjonegoro, dan kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) Anhar Riza Antariksawan sebagai Keynote Speaker.
Dekan FMIPA UI Prof. Dr. rer. nat. Abdul Haris secara resmi membuka acara ini. dalam sambutannya, Ia mengatakan, sebagai institusi akademik, FMIPA UI memilki peran penelitian serta pengabdian kepada masyarakat, oleh karena itu, sivitas akademika merasa perlu untuk ikut mengawal pengembangan teknologi, salah satunya nuklir.
Senada dengan Prof. Haris, Ketua Ikatan Alumni Fakultas Matematikan dan Ilmu Pengetahuan Alam (ILUNI FMIPA UI) Pamela Cardinale memaparkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan salah satu kunci bagi keberhasilan proses pembangunan nasional yang berkelanjutan. Teknologi juga semakin akrab dalam kehidupan sehari-hari masyarakat dan kebutuhan inovasi teknologi tidak dapat lepas dari ketersediaan energi terutama listrik.
Energi menjadi kebutuhan nasional yang akan terus meningkat baik dari segi permintaan maupun pemenuhan kebutuhan dasar, namun ketersediaannya berbanding terbalik dengan peningkatan jumlah penduduk. Indonesia diproyeksikan tidak akan dapat bertahan jika hanya mengandalkan sumber energi fosil yang selama ini menjadi tumpuan. Diperlukan energi alternatif yang siap untuk memenuhi beban kelistrikan nasional dan sustain di saat yang bersamaan. Nuklir, menjadi salah satu alternatif sumber energi yang memiliki potensi mengatasi kebutuhan tersebut.
“Sudah banyak sekali kajian-kajian dari civitas akademik seperti UI yang disampaikan sebagai masukan kepada pemerintah, namun kenapa sampai saat ini PLTN tidak pernah terwujud? Untuk itulah ILUNI FMIPA UI ingin perperan dalam mendorong pemerintah untuk segera mewujudkan PLTN, salah satunya melalui kegiatan Seminar Sehari ini,” imbuh Pamela.
Menristek Bambang menyampaikan, Indonesia memiliki kemampuan untuk mengelola nuklir demi kepentingan pembangunan nasional dan kesejahteraan masyarakat termasuk dalam mengembangkan energi listrik melalui pemanfaatan teknologi nuklir.”Percayalah bahwa bangsa Indonesia sudah punya kemampuan untuk mengelola nuklir untuk kepentingan masyarakat,” kata Bambang usai memberikan paparannya.
Menurutnya, sosialisasi dan diseminasi pemanfaatan nuklir dan keamanan nuklir harus dilakukan kepada seluruh masyarakat Indonesia sehingga memberikan wawasan bagi yang belum memahami bahwa pembangkit listrik tenaga nuklir aman dan dapat menghasilkan listrik untuk kebutuhan nasional.
“Perlu dijelaskan bahwa dunia sudah berbeda sekarang teknologi nuklir buktinya dipakai di mana-mana dan insidennya juga sekarang sudah sangat kecil dan bisa di-handle (ditangani), yang paling penting adalah kemampuan kita menjaga dan memelihara,” tuturnya.
Lebih lanjut, ia mengatakan setelah menguasai teknologi nuklir, maka harus juga dikuasai aspek pemeliharaan PLTN dan keamanan PLTN dengan pemanfaatan komponen dalam negeri yang lebih tinggi.
Menristek Bambang mendorong agara Badan Tenaga Nuklir Nasional terus memperbarui kecanggihan teknologi dengan mengadopsi teknologi yang terbaru. Indonesia juga bisa belajar dari pengembang PLTN di luar negeri dalam rangka penguatan persiapan diri jika sewaktu-waktu PLTN harus segera dibangun.
Sementara itu, Kepala BATAN Anhar Riza Antariksawan menuturkan bahwa pihaknya siap dan terus berupaya menyebarluaskan informasi mengenai keamanan dan keselamatan dalam pemanfaatan teknologi nuklir kepada masyarakat, terutama masyarakat awam dan yang anti nuklir.
Anhar juga menyebut bahwa BATAN hanya diberi tugas sebagai lembaga litbangjirap, dimana penerapannya atau pemanfaatannya hanya sebatas yang non komersial, kalaupun komersial hanya bersifat jasa dan harus bekerja sama dengan pihak ketiga.
“Sebetulnya kalau bicara mengenai PLTN atau energi nuklir dalam setiap forum-forum diskusi bahkan perdebatan, isu-isu yang muncul masih hampir mirip dengan 30 tahun yang lalu. Namun ada satu yang mengembirakan bagi saya, saat ini yang bicara PLTN tidak hanya dari BATAN, tetapi dari banyak pihak lain, karena masalah PLTN atau energi nuklir bukan hanya urusan BATAN saja tetapi menjadi urusan kita semua, sehingga kita semua patut untuk memikirkan bersama-sama,” kata Anhar.
Bagikan ini:
Berita Lainnya
Copyright FMIPA UI 2024