Tim PKM-PI FMIPA UI Luncurkan Inovasi “Smart Bee-Farming” Untuk Optimalkan Produktivitas Madu Alami

Selama masa pandemi COVID-19, kebutuhan konsumsi bahan alam yang kaya nutrisi seperti madu dan produk lebah madu lainnya meningkat tajam. Berdasarkan data dari Asosiasi Perlebahan Indonesia (API), masyarakat Indonesia mengonsumsi 7.000 – 15.000 ton madu setiap tahunnya, tidak termasuk data produk lain serta tidak termasuk permintaan luar negeri. Tingginya permintaan ini tidak sebanding dengan kemampuan produksi peternak domestik yang hanya mampu memproduksi 4.000 ton madu setiap tahun.

Hal tersebut turut dirasakan oleh para peternak lebah di Desa Ciburial, Bandung. Produksi yang rendah menyebabkan peternak lokal belum mampu memanfaatkan peluang pasar domestik yang ketat bersaing dengan hasil lebah luar negeri. Faktor lain yang menyebabkan menurunnya produksi adalah kondisi iklim yang kian tidak menentu sehingga menyebabkan bunga-bunga yang merupakan suember pakan alami semakin berkurang dan berjauhan. Dikarenakan proses produksi yang bergantung sepenuhnya pada alam sekitar, maka proses produksi madu hanya terjadi saat musim pancaroba.

Berlatar belakang hal itu, Tim PKM-Penerapan IPTEK (PKM-PI) Universitas Indonesia yang terdiri dari lima mahasiswa FMIPA UI yakni Kristina Hersandi (Biologi 2018), Alyssa Zahwa Ananda (Biologi 2018), Albertus Aldo (Kimia 2019), Jovel Edrei (Kimia 2019), dan Din Wijaya (Biologi 2020) hadir di Desa Ciburial, Bandung, untuk memperkenalkan pengetahuan tentang cara meningkatkan produk lebah madu kepada para peternak lebah madu di sana melalui inovasi “Smart Bee-Farming”.

Smart Bee-Farming merupakan konsep terpadu dari pembudidayaan lebah madu dengan  menanam tumbuhan alami berupa tanaman Tagetes patula dan Wedelia trilobata  sebagai sumber pakan alami, serta limbah air beras rumahan yang difermentasi dan limbah kulit buah nanas sebagai pakan tambahan yang efesien bagi peternak. Limbah tersebut cukup banyak di temukan di sekitar lokasi kegiatan.

“Rangkaian kegiatan telah dimulai pada tanggal 1 Juni 2021 di lokasi dengan kegiatan pengenalan pakan alami dan buatan yang telah disiapkan oleh tim. Selanjutnya uji coba pemberian pakan dilakukan pada tanggal 18 Juli hingga 29 Agustus 2021. Tim juga menggelar workshop secara daring pada tanggal 28 Agustus 2021, untuk memberikan wawasan kepad apeternak tentang kehidupan lebah madu, peran yeast sebagai pengganti polen, dan tayangan cara pembuatan pakan yang telah dilakukan oleh tim agar para peternak mampu memproduksi pakan buatan lebah madu secara mandiri”. kata Kristina selaku ketua Tim.

Dorongan untuk meningkatkan produksi lebah madu sebagai industri hijau potensial dan ramah lingkungan muncul berawal dari keprihatinan tim, terutama Kristina yang juga sebagai konsumen rutin produk lebah madu. Ia mengaku rutin mengkonsumsi produk lebah madu karena rasanya yang enak dan khasiat yang menyehatkan.

“Saya sendiri memang penyuka beberapa produk yang berasal dari lebah, karena rasanya enak dan menyehatkan. Selain itu, saya mengorek dari beberapa sumber kalau ternyata Indonesia merupakan rumah bagi beberapa spesies lebah madu, bahkan di antaranya sulit ditemukan. Oleh karena itu, pertemuan dengan mitra yang diperantarai oleh Bu Wellyzar selaku dosen pembimbing kami, yaitu Pak Aeppudin, memberi saya wawasan baru bahwa sebenarnya lebah ini memiliki perilaku yang unik dan pembudidayaannya masih memerlukan perhatian khusus dari masyarakat, bukan hanya para peternaknya saja”. imbuhnya.

Terkait pemilihan limbah air beras rumahan yang difermentasi dan kulit buah nanas sebagai bahan utama pakan buatan, ia menjelaskan bahwa limbah air beras dapat menjadi medium yang efektif untuk menghasilkan biomassa khamir. Biomassa khamir yang dicampurkan dengan sirup nanas yang terbuat dari limbah nanas, akan menjadi pakan yang disukai Apis cerana. Aroma nanas sangat disukai lebah madu.

Tim berharap, aplikasi ilmu pengetahuan dalam pengolahan bahan pangan selama rangkaian program dapat membawa dampak yang baik bagi mitra peternak, sehingga tujuan konsep “Smart Bee-Farming” untuk menjaga stabilitas jumlah produksi produk lebah madu sepanjang tahun dapat tercapai.

Konsep produksi ini mendapat tanggapan yang sangat baik dari mitra peternak. Sselama masa uji coba, salah satu peternak lebah madu, Bapak Aeppudin, melaporkan bahwa lebah ternaknya menyukai pakan tambahan tersebut, sehingga lebah tidak perlu mencari sumber pangan di tempat yang jauh dan meninggalkan kloni ternaknya.

Meskipun kendala muncul selama pelaksanaan program akibat Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sejak Agustus 2020 dan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) sejak Juni 2021 dalam rangka mencegah peningkatan kasus COVID-19, menyebabkan pembatasan pertemuan fisik. Hal ini menyebabkan beberapa rangkaian program dilakukan secara daring melalui aplikasi konferensi video sehingga tetap dapat bertatap muka dengan semua pihak.

Mendapat tanggapan positif, Tim pun berencana untuk mengembangkan lebih jauh inovasinya sehingga dapat diaplikasikan sesuai dengan kebutuhan peternak lebah madu lokal Indonesia dalam memenuhi permintaan tinggi dari para konsumen, sekaligus mendorong kemajuan industri lebah madu demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Bagikan ini:

Facebook
X
LinkedIn
WhatsApp
Email
Tumblr
Telegram
Print

Berita Lainnya